Oleh: Ardian Pratama
Aku baru saja kehilangan handphone, tak lama setelah itu harddisk-ku pun ikut lenyap, dan itu membuatku kesal. Bgst!
Aku meracau
seharian, mengingat-ingat kembali dimana aku meninggalkan barang-barang itu.
Tapi aku yakin, pasti dicuri. Soalnya tak ada satu pun temanku yang menengok,
bahkan mengetahui barang-barang tersebut.
Aku jadi
kepikiran untuk coba-coba menggunakan jasa perdukunan. Tapi, aku ragu. Dosa gak ya coba yang begituan? Ah, mati
anjinglah.
Aku pun
menghubungi seorang cenayang yang direkomendasi oleh sahabat karibku. Kira-kira
begini perbincangan kami pada pesan Whatsapp
pada suatu pagi.
“Samlekom”
“Waalaikumsalam”
“Benar ini dengan Pak Syahwat?”
“Bukan. Saya Mawat, manusia paling kuat. Hehehe…”
*njirr.. “Saya mau
konsultasi pak, soal barang saya yang hilang. Apa bisa?”
“Langsung saja datang kerumah. Kapan bisanya?”
“Kalau bisa sekarang pak. Saya udh gak sabar nich”
“Yaudah, saya sekalian nitip nasi goreng ya, yang pedas!”
“Ok sip mantap”
Begitu aku
sampai di rumahnya, Pak Mawat keluar dengan kain sarungnya. Ia menguap lebar
dan terngangut-ngangut, sepertinya ia baru saja bangun. Sial, tak sengaja kulihat
pelirnya yang sedang naik-naiknya yang dibungkusi kain sarung bermotif ketupat
itu. Qmq!
Biasalah, kalo pagi-pagi.
Ia
menyuruhku masuk ke rumah. Bungkus nasi gorengnya segera kuberi padanya. Ia tak
langsung mengucap terima kasih, hanya menawariku duduk di ruang tamunya.
“Bentar ya, saya sarapan dulu,” katanya.
“Oh iya pak. Sarapan dulu gapapa,”
balasku.
Di rumahnya
ada berbagai macam ornamen, semuanya menyeramkan. Ada beberapa lukisan makhluk
halus, patung-patung binatang buas, ukiran kayu berbentuk dewa-dewi, dan sebuah
dildo. Eh.
Ok lanjut. Aku
tak lagi memperhatikan benda-benda, takutnya semakin aneh saja nanti yang
terlihat. Jadinya aku cuma maen-maen
hape saja.
Akhirnya Pak
Mawat menghampiriku, ia terlihat kalem setelah sarapan. Kemudian duduk tepat di
seberangku, mengeluarkan kotak Sempurna Menthol. Tiba-tiba wajahnya berkerut,
ia tampak kesal sendiri.
“Rokok saya habis. Bisa minta tolong
belikan di warung sebelah.”
“Oh iya pak,” anying pikirku.
Akhirnya, ia
hembuskan juga tu rokok dingin. Ia
memintaku untuk cerita kehilangan barang-barang yang hilang milikku, juga
deskripsikan ciri-ciri dan bentukknya. Tapi, kulihat ia sibuk dengan gawainya.
“Bentar ya, ada yang mensen saya di Instagram,” katanya saat
aku tetiba termangu.
“Lanjut dulu Pak. Hehe..,” astaga… sadar lo getah karet!
Seketika ia
bilang kepadaku, benar barang-barangku telah dicuri. Sontak aku pun terkesiap.
Benar gila bapak ini, bisa dengan mudahnya mengendus targetnya. Segala inderaku
terfokus pada figurnya, ia kelihatan berkarisma sekali. Wow-lah pokoknya.
“Dimana benda-benda itu pak?”
tanyaku gesa.
“Ada di Mesir. Ya sama
pencurinyalah,” sergahnya.
“Ya kalo itu saya juga tau pak,” kok kesel ya aku lama-lama.
Kemudian ia
berdiri dan pergi ke arah dapur. Aku deg-degan, apa dia sedang bertapa? Soalnya
cukup lama juga. Setelah beberapa menit, ia kembali ke ruangan tamu. Wajahnya
sumringah, aku pun turut senang. Jelas ini kabar baik. Ia juga membawa sebuah
cangkir, jangan-jangan ini wejangannya.
“Maaf, tadi saya buat kopi bentar.
Gak enak gak ada kopi.”
“Ha?” eh Qntl. Pengen kuhantam rasanya bapak ini dengan dildo yang ada di
etalase rumahnya.
“Aduh. Enaknya kopi ini, ada rokok
pula,” imbuhnya.
Aku sudah
benar-benar dongkol, dari sejak awal bapak ini menyusahkan, bukannya
meringankan bebanku. Aku langsung saja minta diberi petunjuk dimana
barang-barangku berada.
“Jadi saya harus bagaimana pak?
Serius ya pak jawabnya,” kataku kesal.
“Hmm.. coba kamu cek aja di grup pesbuk jual-beli atau di BukaLapak, mungkin ada disitu.”
“Loh,
kok gitu? Intuisi bapak ya yang
bilang begitu?”
“gak
sih. Firasat aja gitu.”
“Bapak ini benar dukun gak sih? Kok gak meyakinkan gitu”
“Siapa bilang saya dukun, bukan.”
“Lah, kata teman saya..,” aku segera
menghubungi sahabat karibku itu. Ternyata doi
memang salah kasih nomor kontak. Pak Mawat ini rupanya kepala dusun, yang dukun
itu Pak Syahwat. Bedebah bangsat!
Aku segera
minta pamit saja, sebelum Pak Mawat ini minta yang aneh-aneh lagi. Uang nasi
goreng dan rokok udah kandas 30 ribu.
Memang anjingg… anjing.
Saat aku
menghidupkan mesin motorku, sekonyong-konyong Pak Mawat tergopoh-gopoh
menghampiriku. Kain sarungnya diselip-angkatkan di atas pinggangnya.
“Dek tunggu! Jangan lupa follow Instagram saya ya!”
“Bodo
amat.”
Aku langsung
kabur meninggalkan kepala dusun itu, ngeri aku kalo ingat-ingat lagi soal beliau. Gilo.
Begitulah
kisahku coba-coba jasa magis perdukunan mendekati bulan Ramadhan. Tuhan
langsung kutuk nampaknya. Tobat.
Pengalamanku Meminta Jasa Perdukunan Untuk Mencari Barang yang Hilang
Reviewed by Asique
on
5/03/2019
Rating: