Sumber: The Telegraph |
Oleh: Ardian Pratama
“Tidak banyak musisi-musisi muda yang benar-benar mewakili generasi muda dengan sebagaimana mestinya, dan tidak dengan cara yang luar biasa pula.”–––Declan Mckenna
Kutipan di atas berdasarkan hasil wawancara antara Declan McKenna dan Hannah Thacker untuk humanhuman tiga tahun lalu. Declan adalah seorang musisi muda asal London, Inggris. Ia muncul pertama kali lewat jebolan debut single pertamanya “Brazil”—protes tajam yang ditulisnya soal kehadiran Piala Dunia FIFA 2014 di Brasil dan korupsi yang menyertai agenda tersebut. Ketika itu ia berusia 16 tahun.
Declan mengakui bahwa ia dipandang sebagai penyanyi "politik" atau "protes". Namun dalam wawancara bersama NME, ia mengatakan tidak melihat dirinya sebagai seorang "pelopor" bagi kaum muda, tetapi lebih sebagai orang yang bernyanyi tentang hal-hal yang sedang dibicarakan (keresahan) oleh teman-temannya.
“Kebanyakan orang tidak mengetahui betapa cerdasnya anak-anak muda dan sejauh mana mereka memikirkan nasib sendiri.”
Pada 2018, ia merampungkan album What Do You Think About the Car?, berisi 9 hits yang dikerjakannya sejak 2015. Tema-tema yang diangkat dalam album tersebut memang tidak biasa diangkat oleh musisi-musisi muda sepantaran dirinya. Karya-karyanya sarat akan penentangan preskripsi dogmatis dan keluhan dari perspektif generasi muda masa kini.
Declan membawa perkara generasinya ke panggung dunia, menyinggung penyakit sosial yang menggerogoti zaman, dengan harapan menginspirasi perubahan. Musik-musiknya tidak menggambarkan kesuraman itu, tapi gandrung dengan keceriaan dan kegembiraan. Ia mengajak kita untuk berdansa, menikmati hidup walau malapetaka terus berdatangan. Namun, yang namanya masalah harus tetap diselesaikan.
Dalam hits “The Kids Don't Wanna Come Home” dan “Why Do You Feel So Down?” Declan mengatakan pentingnya menangani depresi, terlebih bagi kaum muda. Ia menyentil orang tua yang salah mendidik anak, membesarkan mereka dalam tata moral yang membingungkan. Serta ia mengajak mereka untuk tidak berkecil hati dan bersedih-sedih. Karena tidak ada alasan untuk itu, tidak apa-apa jika tidak menjadi keren atau sehat atau kacau balau.
“Ada banyak cara untuk menjadi keren atau berpura-pura keren. Namun, semua orang akan menyadari kau sebenarnya tidak keren. Pada akhirnya, orang tuamu tetap melihatmu biasa saja. Tidak ada perubahan, dan aku tidak melihat ada gunanya mencoba gaya semacam itu,” katanya kepada The Telegraph.
Kemudian, dalam hits “Bethlehem”, Declan mengutuk cengkeraman agama terhadap perang, dan rasa benci yang selalu disembunyikan dalam bentuk cinta dan dukungan, semuanya palsu. Agama berperan besar dalam penyebaran kebencian. Walau Declan dibesarkan di keluarga Katholik, ia tak pernah menyatakan bahwa ia seorang atheis.
Declan berpendapat agama adalah hal yang paling membatasi. Dalam liriknya, ia mengutarakan, “Karena aku di Bethlehem (tanah suci), Aku memiliki tempat di Surga. Aku dapat melakukan apapun yang kuinginkan, dan kau tidak bisa menolak”. Tentu ini adalah pernyataan sindiran terhadap golongan-golongan agamais nan fundamental.
Ia juga mengatakan mereka adalah orang-orang munafik, yang hanya mematuhi apa yang cocok bagi mereka. Kepada Teen Vogue ia menambahkan, “Aku ingin menulis tentang hal-hal yang negatif saja, karena ada banyak hal yang keluar dari ajaran agama.”
Selanjutnya, masih dalam wawancara Teen Vogue, Declan mengakui hits “Paracetamol” adalah lagu yang paling dekat merepresentasikan problema anak-anak muda sekarang. Lagu tersebut terinspirasi oleh seorang gadis transgender asal Amerika—Leelah Alcorn—yang bunuh diri pada 2014 silam.
“Paracetamol tidak ditulis secara khusus tentang kasus Leelah Alcorn, tetapi tentang bagian dari representasi media terhadap komunitas LGBTQ secara umum”
Declan menganggap media cenderung memiliki sentimen buruk terhadap komunitas LGBTQ+. Sehingga menimbulkan efek kumulatif mengerikan terhadap penikmatnya. Declan seolah-olah ingin menyoroti kesulitan kaum transgender muda dalam menghadapi dunia. Karena media arus utama tak pernah benar-benar menyorot soal itu.
Lagu terbarunya adalah “British Bombs”, yang dirilis beserta video klipnya di Agustus 2019 ini. Lagu ini adalah pengenalan untuk album selanjutnya (pre-album). Alih-alih mengeluarkan hits yang lembut, Declan terang-terangan menyatakan sikapnya dengan keras terhadap persekutuan tersembungi arus penyebaran senjata Inggris dan penanganan perang.
British Bombs lebih spesifik mengungkapkan keterlibatan Inggris dalam setiap peperangan. Bahkan Declan menceritakan sebuah anekdot dari sahabatnya kepada Dork, “Negara kita (Inggris) telah berperang sepanjang kita hidup. Tidak ada waktu dalam hidup kita ketika Inggris belum berperang.”
Declan tidak menganggap sepele hal ini. Ia merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi di negara-negara yang diinvasi oleh Inggris. Semua orang Inggris turut berkontribusi dalam kejahatan perang tersebut, bahkan yang anti-perang sekalipun—entah itu membayar pajak atau merasa masa bodoh dengan perihal itu.
Declan McKenna, Representasi Perjuangan Generasi Muda Terhadap Musik-Musik Bermutu
Reviewed by Asique
on
11/19/2019
Rating: