Sumber gambar: Pexels |
Oleh: Janaek Simarmata
Waktu aku beranjak remaja, fesyen bukanlah hal menarik yang membuatku bisa mati gaya. Nyatanya, berbusana cukup dibikin asik aja.
***
Outfit of The Day—anak muda sekarang sering bilang OOTD. Kata itu kini menjadi sangat lumrah bagi remaja zaman now. Bahkan pertemanan dapat diukur dari segi penampilan. (Agak kejam ya dunia pertemanan ini). Namun, jika dimaknai lagi, cara berpakaian dapat menunjukkan karakter maupun kesukaan seseorang.
Padahalkan ya, semasa Bocil, kebanyakan dari kita juga tidak terlalu mementingkan fesyen. Kalo udah dibeliin baju gambar Ben-10, Porenjes, Ultramen dan karakter animasi lainnya, pasti kegirangan banget.
Pada saat remaja, aku tidak terlalu memikirkan penampilan. Biasanya aku hanya mengambil pakaian yang berada di tumpukan paling atas lemari. Tidak perduli dengan warna maupun bentuk. Bahkan aku pikir kalau kemeja hanya dipakai untuk acara kondangan, ibadah, dan pergi ke rumah keluarga besar. Sedangkan kaos dipakai untuk baju dalaman kemeja maupun pergi nongkrong. Bener-bener gak melirik fesyen lah.
Namun di era banjir informasi saat ini, tidak memungkiri siapa saja bisa melihat perkembangan fesyen. Kita bisa memilih, meniru dan bahkan menciptakan ide fesyen sendiri. Ini membuat para remaja tidak buta untuk berpenampilan menarik. Mulai dari permainan warna hingga bentuk dan ukuran sudah sangat jelas informasinya.
Seperti salah satu fesyen blogger panutanku, Aquinaldo Adrian. Dia memberi informasi seputar fesyen di Instagram dan juga di kanal Youtube-nya. Secara objektif ia menjelaskan kalau fesyen itu tidak bisa dibatasi, hanya saja bagaimana caranya agar dapat diterima di lingkungan. Bisa dengan bermain warna yang tidak terlalu mencolok, atau bahkan bentuk dan jenis pakaian yang cocok di lingkungan tersebut. Tips dan trik berpakaian juga disuguhkan untuk memberi referensi fesyen kepada followers-nya.
Bisa kita lihat sendiri, orang yang kerap menggunakan kemeja berkerah dengan kancing tertutup rapat atau terbuka satu kancing di atas, sudah jelas orang tersebut ingin terlihat rapi di mata lingkungannya. Sementara orang yang berpenampilan selengek-an dan semaunya, ingin menunjukkan kalau orang tersebut santai dan gak kepingin ribet.
Aku menilai, sebenarnya fesyen itu memiliki genre layaknya musik bagi orang yang mengikuti perkembangannya. Mungkin di mata orang awam, penampilan yang baik itu harus formal dengan menggunakan kemeja dan celana rapi, jas, ataupun dress. Tapi rasanya kok ya kaku banget. Padahal banyak lagi jenis fesyen yang gak kalah cakep.
Nih aku kasih contoh satu genre fesyen. Selain penampilan formal aku tertarik dengan genre fesyen rebel. Sesuai dengan namanya, genre ini sangat berbanding terbalik dengan genre lainnya. Jika kalian sering melihat orang memakai jas dipadukan kemeja dan celana rapi, kalau genre rebel, orang bisa aja memadupadankan kemeja dengan dalaman kaos dan celana pendek atau bahkan celana robek-robek.
Ada juga satu model fesyen seperti laki-laki yang mengenakan rok. Pasti di antara kalian ada yang baru pertama mendengar, melihat atau bahkan gak kepikiran sama sekali. Yak, sebenarnya model fesyen begini sudah lumrah dalam dunia fesyen sejak bertahun-tahun lalu. Tidak hanya laki-laki memakai rok, bisa sebaliknya. Perempuan kadang memakai busana yang dominan maskulin.
Cross-dressing istilah kerennya. Ini tak selalu berkaitan dengan orientasi seksual. Namun dalam dunia fesyen, desain rok bisa saja tetap terkesan maskulin. Tapi aku rasa, ini berhasil mendobrak batasan gender dengan model pakaian unisex. Namun di negara kita, model masih dikelompokkan secara ketat berdasarkan jenis kelamin. Mereka juga harus memenuhi kriteria tertentu. Contohnya, mereka harus memiliki tinggi badan khusus, bentuk tubuh spesifik, dan sebagainya.
Seperti kata Jefri Nichol yang dikutip dari suara.com, “Ya lo kalau mau berpakaian ya sebebas lo aja lah, nggak ada rules-nya juga. Fesyen nggak sekaku itu kali.” Terbayang kan gimana genre fesyen ini. Di artikel berikutnya aku bakalan kasih tau genre fesyen itu ada apa aja. Menarik rasanya membahas fesyen, bukan?
Aku pun mulai tertarik pada dunia fesyen. Bagiku di sana banyak sudut keindahan dan kebebasan. Para model dan produk fesyen yang mereka pakai merefleksikan bentuk keindahan seni. Apalagi keunikan dan karakter alami yang ada dalam diri. Kita tetap harus merasa nyaman terhadap tubuh kita sendiri.
Mengikuti perkembangan fesyen pastinya akan menguras pikiran, tenaga, bahkan biaya. Ketika berpakaian pasti akan berpikir apakah pakaian yang sedang dikenakan cocok dan dapat diterima oleh lingkungan sekitar. Maksudnya kita harus bisa menempatkan penampilan pada tempat yang ingin dituju. Jika di lingkungan formal ya sebaiknya kita mengikuti aturannya. Saat liburan, nongkrong, santai, bisa berpakaian semaunya aja tidak ada yang melarang.
Memiliki indentitas fesyen itu sah-sah saja tetapi tidak rugi jika mengesampingkan identitas tersebut untuk beberapa saat saja.