Gambar: Parasite (CJ Entertainment) |
Oleh: Laras Olivia
Film Korea Nggak Melulu Harus Oppa-Oppa Ganteng
***
Lagi-lagi,
sutradara ‘gila’ Bong Joon-ho dari Korea Selatan memproduksi film ‘bergizi’.
Sebenarnya dia ndak gila-gila amat sih, hehe. Hanya saja, karena terlalu
jenius akibatnya dia bisa terpikirkan untuk membuat film dengan scene-scene yang unik. Benar-benar out of the box dan mind blowing.
Bong
Joon-ho kembali dengan merebut kemenangan pada penghargaan tertinggi Palme d’Or
pada Festival Film Cannes ke-72, Perancis, dengan judul Parasite. Selain itu, film ini juga sudah menarik lebih dari 9 juta
penonton di Korea Selatan. Ini merupakan film pertama yang berhasil mendapatkan
penghargaan di Festival Film Cannes sepanjang sejarah perfilman Korea Selatan. Parasite telah tayang sejak 26 Juni
(Indonesia). Genre Tragic Comedy
dengan durasi 2 jam 12 menit.
Secara
sederhana film ini mengisahkan tentang kehidupan dua keluarga yang memiliki
latar belakang sosial berbeda. Keluarga Kim Ki-taek (Song Kang-ho) memiliki
empat orang anggota keluarga pengangguran. Tinggal di rumah sempit dan pengap. Mereka
memperoleh uang dari melipat kotak untuk perusahaan pengiriman pizza.
Suatu
ketika, anak lelaki Ki-taek—Ki-woo—mendapat tawaran dari temannya untuk menjadi
tutor di sebuah rumah mewah. Itu
adalah rumah keluarga Park. Seorang pria yang selalu sibuk bekerja di kantor, beristri
lugu dan memiliki sepasang putra-puteri.
Film
dari Bong Joon-ho ini mungkin tak se-booming
‘Goblin’ yang tayang pada akhir 2016 lalu. Alur ceritanya juga tak seperti film
atau Drama Korea (Drakor) pada umumnya—cowok ganteng bertemu cewek cantik dan
merekapun jadian. Halah! Begitu
dangkalnya imajinasiQue terhadap
Drakor (monmaap, aku gak expert dalam
dunia per-Drakor-an). Tapi rasanya hype
Drakor gak akan bisa dikalahkan di hati para pecinta oppa-oppa ganteng. Ehehe.
Oke,
lanjut. Demi mengisi perut setiap hari, apapun akan dilakukan keluarga Ki-taek.
Anak sulungnya yang sudah berhasil menjadi guru privat bahasa Inggris, kemudian
dengan mudah mengeksploitasi keluarga Park.
Kemudian
Ki-woo merekomendasikan adik perempuannya untuk menjadi guru seni bagi anak
bungsu nyonya Park. Tentu saja nyoya Park yang lugu itu hanya percaya dengan
perkataan orang yang sudah ia kenal baik. Selanjutnya, Ki-taek menjadi sopir
pribadi tuan Park berkat bantuan Ki-woo. Keluarga Ki-taek lantas menyusun siasat
untuk melancarkan sebuah rencana. Kelak mereka menyingkirkan asisten rumah
tangga, yang kemudian digantikan posisinya oleh ibu Ki-woo.
Akhirnya,
keluarga parasit bisa hinggap di tubuh keluarga Park yang kaya raya. Tentunya
dengan berbagai macam penipuan dan strategi yang tersusun rapi. Film ini
benar-benar menggambarkan bagaimana sebuah parasit terus ‘menggerogoti’ induk
semangnya.
Joon-ho
memang mengemas film ini dengan humor, namun ia cerdas dalam mengganti adegan
dan suasana. Ia memang dikenal sebagai sutradara yang pintar mengubah situasi
perasaan penonton. Dari adengan yang bikin tertawa, tiba-tiba berubah jadi
menegangkan sehingga bikin kaku dan melongo.
Namun
yang terpenting, semua itu tidak lepas dari nilai-nilai kritik atas kesenjangan
sosial, menampilkan moralitas, realitas, dan pelajaran penting lainnya untuk
menghargai hal-hal kecil sekalipun.
Keadaan
keluarga Ki-taek yang memprihatinkan membuat mereka cenderung untuk melakukan
tindakan licik dan menjadi parasit di rumah keluarga Park. Satu lagi soal kegilaan—orang
bisa berbuat nekad karena faktor ekonomi lemah, adalah si pembantu lama
keluarga Park yang ternyata menyelinapkan suaminya di ruang bawah tanah. Mereka
menghindar dari teror lintah darat, atas hutang-hutang yang mereka punya.
Joon-ho
dalam film-filmnya hampir tak pernah menampilkan secara hitam-putih tokoh
antagonis maupun protagonis. Segalanya disajikan dengan apa adanya sifat-sifat
alamiah manusia. Nasiblah yang membuat manusia bertindak.
Memasuki
pertengahan film, barulah ketegangan dimulai. Kejutan demi kejutan hadir.
Penonton mulai jadi penasaran. Perasaan jadi campur aduk hingga ending yang semakin blak-blakkan.
Benar-benar membingungkan.
Saya
jadi ingat dulu waktu nonton Memories of
Murder dan itu keren kaliii.
Jadi, waktu sutradara yang sama bikin film baru, saya udah percaya dan pasti tidak mengecewakan, konfliknya logis.
Apalagi ada aktor papan atas yang menjadi langganan Joon-ho, dia adalah Song
Kang-ho yang juga memainkan karakter dalam Memories
of Murder. Pokoknya, Bong Joon-ho adalah crazy jenius movie writer. Joko Anwar, sutradara asal Indonesia, memuji
kejeniusan pembuat film ini. Bahkan ia memberi penilaian rating 10/10 untuk film Parasite.
Nah,
gimana para pecinta film Korea? Sesekali kamu juga kudu nonton film Joon-ho
yang lain. Masih ada film Barking Dogs
Never Bite, Mother, Snowpiercer, dan Okja!
'Parasite' Dobrak Stereotip Terhadap Film-Film Korea yang Kental Akan Drama Picisan
Reviewed by Asique
on
6/29/2019
Rating: