Ilustrasi/Ardian Pratama |
Oleh: Ardian Pratama
Hal terburuk yang pernah terpikirkan oleh manusia adalah, "Bakal tetap ada orang lain yang akan menyelamatkan bumi."
***
Beberapa waktu yang lalu intens kita dengar banyak ikan paus mati terdampar di pinggir pantai. Hewan-hewan malang tersebut mati mengenaskan dengan puluhan kilogram sampah plastik berada di perutnya. Kemudian Harimau Sumatera yang keluar dari habitatnya dan menyerang manusia. Begitu juga dengan gajah liar yang masuk ke permukiman warga di Riau dan Aceh.
Apalagi baru-baru ini, seekor beruang kutub ditemukan dalam keadaan memprihatinkan, dan berada jauh dari habitat aslinya sekitar 700km. Hal ini disebabkan oleh perubahan iklim yang begitu ekstrim di habitat aslinya, sehingga satwa-satwa tersebut harus mencari makanan di tempat lain.
Kejadian-kejadian tersebut tentunya bukan hanya sekadar fenomena alam belaka. Akan tetapi, diakibatkan oleh sesuatu, yang dapat dipertimbangkan alasannya secara logis. Yaitu bermula dari aktivitas-aktivitas destruktif manusia—tambang, industri, perambahan hutan, limbah, polusi, dan banyak hal lain yang bisa kau pikirkan sendiri.
Setelahnya, mereka—pemain besar—yang ada di balik keuntungan gede, apakah mungkin memikirkan dampak dari industri yang mereka hasilkan. Tentu saja tidak, soal uang adalah uang. Kalian harus ingat dengan prinsip ekonomi, "Pengorbanan sekecil-kecilnya untuk hasil yang sebesar-besarnya."
Sebenarnya, hal-hal kecil saja yang dilakukan secara kolektif juga dapat merusak lingkungan. Misalnya, membuang sampah sembarangan, penggunaan bahan plastik sekali pakai, menyisakan makanan, boros listrik, dan berbagai kebiasaan lainnya. Kalian harus meminimalisir kebiasan-kebiasan itu, dan tegas terhadap diri sendiri.
Menurutku, jika kau selalu berasumsi akan selalu ada manusia yang akan menyelamatkan Bumi, maka berhentilah menjadi manusia itu sendiri. Hal-hal berubah dengan cepat sekarang ini, iklim juga begitu. Kita benar-benar harus punya sikap soal ini. Duduk diam di rumah, atau ikut bergerak dalam membereskan urusan yang bakal panjang penyelesaiannya ini.
Setidak-tidaknya harus tahu, sejauh mana kelakuan kita akan berakhir. Apakah akan memperburuk alam? atau malah membinasakannya dengan beringas. Mungkin kalian perlu melakukan riset kecil-kecilan, mencari tahu bagaimana alam bisa tergerus, dan bagaimana cara mengembalikannya seperti semula. Juga, harus belajar dari pengalaman-pengalaman buruk terdahulu.
Greta Thunberg, remaja 16 tahun asal Swedia, telah menginspirasi gerakan internasional untuk melawan perubahan iklim dalam pidatonya di PBB pada saat sesi Pembicaraan Iklim Dunia di Polandia, juga di Forum Ekonomi Dunia di Swiss. Ia juga melakukan pemogokan sekolah sebagai bentuk protes terhadap perubahan iklim, kemudian melanjutkan aksi protesnya di depan gedung parlemen Swedia. Karena keberaniannya tersebut, ia dinominasikan untuk Nobel Perdamaian tahun ini oleh tiga anggota parlemen Norwegia.
Sebelum Greta, sudah ada remaja yang juga berbicara di panggung Earth Summit 1992, Rio De Jeneiro, Brasil. Ia adalah Severn Suzuki, yang mewakili Enviromental Children Organization. Suzuki berbicara di hadapan para tokoh-tokoh dunia saat itu, dan ia membungkam mereka dengan pidato "TOLONG JANGAN MERUSAK JIKA TIDAK BISA MEMPERBAIKI"-nya.
Ada banyak cara yang bisa kalian lakukan. Tidak harus ikut-ikutan pidato di forum kongres dunia sana. Hakikatnya kembali ke diri masing-masing. Bertindaklah sesuai dengan kesanggupan dan kemampuan. Kalian bisa memulai sebuah kampanye melalui media sosial dan merubah pola hidup lebih ramah lingkungan. Jika kalian memiliki hobi atau keahlian tertentu, cobalah untuk menghasilkan suatu kreasi untuk kebaikan alam, apapun bentuknya. Dan jangan lupa, ajak teman-temanmu untuk ikut waras juga. Daripada hanya berteduh di bawah langit senja, Ah!.
~ We don't want nothin', not a thing from you ~
- Twisted Sister
Seberapa Peduli Kau Dengan Lingkungan dan Masa Depan Bumi?
Reviewed by Asique
on
6/28/2019
Rating: