Ngartun Soal Permasalahan Lingkungan Barangkali Lebih Seru dan Perlu

Foto/Furqon Elwe (Facebook)


Oleh: Ardian Pratama



Jangan biarkan kartunis Riau ini kampanye penyelamatan lingkungan sendirian. Kita juga harus dong!


***
Aku dan seorang teman sedang duduk minum di sebuah kafe di pusat kota Pekanbaru. Bukan suatu kebetulan, tapi sengaja datang untuk ikut sesi diskusi bareng Mongabay dan SiKari (Sindikat Kartunis Riau). Malam itu anak-anak muda Pekanbaru dari berbagai kalangan berbincang-bincang soal keefektifan kartun sebagai media kampanye penyelamatan lingkungan.

Ini bukan diskusi kartun pertamaku bersama SiKari. Sebelumnya aku pernah ikut sesi diskusi Kartun Opini dan Kartun Politik. Hadirnya SiKari dalam sebuah forum diskusi selalu menjadi daya tarik. Pasalnya, mereka selalu mengajak kita untuk melihat isu-isu dalam perspektif kartun (gambar lucu). Kita dapat menjadikan kartun sebagai lintasan baru dalam memandang sebuah perkara. Segar, namun tetap menohok.

Furqon Elwe, seorang kartunis Riau sekaligus pembicara, mulanya menggiring peserta diskusi untuk mengingat kembali musibah-musibah yang terjadi di Riau, sekaligus menampilkan karya kartun opini kritiknyakabut asap, banjir, kebakaran hutan, hingga pengrusakan habitat satwa.

Kemudian, ia berceloteh bahwa sebuah kartun memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pandangan publik dan menjadi medium persuasif yang efektif. Karena, kartun bukan hanya sebagai media hiburan, tapi juga sebagai media pengetahuan. Karya-karya kartun pun mudah diterima oleh masyarakat. Jadi, manfaatkanlah kartun untuk menyadarkan orang-orang supaya peduli dengan lingkungannya.

Dulu, sewaktu ia masih berprofesi sebagai kartunis media cetak terbesar di Riau, ia mengaku sering menginsinuasi (menyindir secara tidak terang-terangan) perilaku masyarakat dan pemerintah melalui karya-karyanya. Sehingga, ada saja pesan yang tak tersampaikan dengan utuh. Tapi, sekarang beda cerita, ia lebih blak-blakan dan siap menghadang resiko.

"Sewaktu masih di media cetak, penerbitan kartun-kartun saya harus disetujui dahulu oleh pemimpin redaksi. Kadang juga harus direvisi," jelasnya. Ia juga merasa tidak begitu bebas dalam menyampaikan pendapatnya. "Kalau sekarang, saya bisa menambahkan narasi dalam setiap postingan karya-karya saya di media sosial."

Aku sempat bertanya kepada beliau, "Apa pendapat Abang soal kartun yang mengangkat topik-topik bencana, jika pengertian kartun menurut Abang adalah gambar lucu?" maksudku ialah tidakkah itu termasuk perilaku kurang bersimpati kepada korban?

Ia menjawab, "Tergantung. Pesan dalam muatan kartun itu ditujukan kepada siapa. Juga permasalahan yang menyertai bencana itu. Kita bisa mengkritik dari sisi kebijakan pemerintah atau perangai masyarakat itu sendiri. Karena, lucunya kartun itu pun terbagi atas berbagai macam jenissatire, ironi, sarkasme, dan sinisme." 

Dari apa yang kutangkap dari penjelasannya, aku menyimpulkan bahwa pemaknaan kartun sangat multi tafsir. Setiap penikmat akan memiliki simpulan yang berbeda-beda atas penelaahan masing-masing individu. Makanya, belakangan ia menambahkan narasi dan label dalam setiap karya-karyanya, agar dapat dicerna publik dengan menyeluruh.

Aku jadi paham, bahwa ngartun tak semudah dan sereceh yang kupikirkan. Kalau orang seperti bang Furqon—begitu aku memanggilnya—punya gerakan keren semacam ini, mengapa kita tidak bisa. Mendingan kalian buat rencana mau bikin apa untuk ke depan, daripada maen game di kos-kosan. Tapi, jangan lupa dieksekusi. Emangnya kayak tugas kuliah? Kadang dikerjakan kadang nggakdasar!

***
Berikut adalah karya-karya bang Furqon dari tahun 2013-2019. Untuk lebih lengkapnya silakan menyapa beliau di facebook atau instagram











Semua gambar oleh Furqon Elwe








Ngartun Soal Permasalahan Lingkungan Barangkali Lebih Seru dan Perlu Ngartun Soal Permasalahan Lingkungan Barangkali Lebih Seru dan Perlu Reviewed by Asique on 7/01/2019 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.