Sumber gambar: Pexels
Oleh: Ardian Pratama
Pandemi C0V-19 sepertinya benar-benar menghantam bisnis perguruan tinggi. Sebab, mahasiswa mulai gak santuy nih dengan tagihan uang kuliah semester depan. Hmmm… Apa ya kata mereka?
***
Sejak pertengahan Februari, kampus-kampus di Indonesia mulai diliburkan karena pandemi C0V-19. Sehingga para mahasiswa jadi luntang-lantung di kost-an, dan ada yang tidak bisa pulang ke kampung halaman. Akhirnya kampus-kampus menerapkan sistem kuliah online atau Daring (Dalam jaringan) di medio Maret.
Kebijakan tersebut diambil sebagai pengganti perkuliahan di kelas selama masa pandemi belum berakhir. Namun, tampaknya kuliah online malah membuat para mahasiswa dan dosen jadi lebih kocar-kacir.
Pasalnya, keputusan mendadak tersebut menimbulkan banyak permasalah baru. Sebut saja, ada dosen dan mahasiswa yang tak siap menggunakan teknologi alias Gaptek (hape-nya doang yang smart), jaringan internet di daerah yang tak mendukung video call group, hingga susahnya akses perpustakaan bagi mahasiswa semester awal dan akhir. Benarkan?
Sebenarnya ada banyak juga tingkah nyeleneh masyarakat akademis pas kuliah online, seperti absen via grup WhatsApp atau tugas online tapi kumpulinnya offline . Tapi, kita akan bahas itu nanti saja.
Setelah semester genap ini berakhir, tampaknya kuliah online masih akan berlanjut di Tahun Ajaran Baru nanti. Nadiem Makarim, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, mengatakan pembelajaran di perguruan tinggi di semua wilayah masih akan dilakukan secara Daring, belum belajar tatap muka, pada konferensi pers, Senin (15/06).
“Karena keselamatan adalah yang nomor satu, saat ini perguruan tinggi masih melakukan kuliah secara online sampai ke depannya mungkin kebijakan berubah. Tapi, sampai saat ini belum berubah, jadi masih melakukan secara Daring. Itu adalah keputusan dari Kemendikbud saat ini.”
Tapi, kebijakan itu membuat para mahasiswa benar-benar berpikir ada hak yang seharusnya didapati dengan adil, yaitu dekompresi atau pengurangan tagihan uang SPP. Tentu saja mereka tidak bakal menggunakan fasilitas kampus selama kuliah online, ditambah mereka harus membeli paket data internet sendiri.
Ya, setidaknya pihak kampus mengertilah dengan mengeluarkan promo diskon uang SPP, apalagi kondisi ekonomi sedang lesu begini. Tapi, lagi-lagi mahasiswa yang harus teriak-teriak dulu. Itu pun belum tentu kepastiannya.
Untuk itu, kami meminta berbagai pendapat para mahasiswa soal kuliah online yang akan tetap berlanjut hingga tahun ajaran baru ke depan. Jajak pendapat dilakukan secara online via Google Form. Berikut tanggapan mereka:
Baca Juga: Beberapa Anak Muda Mengungkapkan Apa Saja yang Mereka Lakukan Saat Sedang Berak
—Sakina (20 Tahun), Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia, Semester 5.
Saya setuju, karena mahasiswa dapat menjaga kesehatan dan bisa berkumpul dengan keluarga. Akan tetapi, saya mohon kuliah online harus sesuai jadwal dan dosen berilah tugas dengan sewajarnya. Jangan terus memberi tugas sebagai pengganti kuliah tatap muka. Alangkah baiknya dosen menerangkan materi terlebih dahulu, baru memberikan tugas terhadap mahasiswa.
—Salmi Miftah (20 Tahun), Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Semester 5.
Selama saya melakukan pembelajaran secara Daring, ada berbagai persoalan yang menghambat proses pembelajaran, yaitu gangguan jaringan internet, dosen dan mahasiswa tidak tepat waktu, dan kurang mahirnya dosen dalam menjelaskan materi via aplikasi Zoom. Alhasil, saya kehilangan semangat belajar dan kurang mengerti materi yang disampaikan.
—Arrazi (21 Tahun), Mahasiswa Teknik Mesin, Semester 5.
Belajar secara Daring itu agak ribet! Selalu kurang paham apa yang disampaikan dosen. Juga terkendala jaringan internet.
—Yolanda Eka Putri (21 Tahun), Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Semester 5.
Saya berpendapat bahwa pembelajaran secara Daring merupakan langkah yang tepat menghadapi pandemic C0V-19. Namun, sebaiknya kampus memberikan keringanan kepada mahasiswa terkait pembiayaan uang kuliah. Mengingat beban ekonomi semakin sulit.
—Defri Gunawan (21 Tahun), Mahasiswa Ilmu komunikasi, Semester 5.
Kuliah online sepertinya kurang efektif. Sebab, minimnya penjelasan materi kuliah oleh dosen, malah memberi tugas. Dan perlu juga diketahui, tidak semua mahasiswa memiliki smartphone atau akses jaringan internet yang bagus di daerahnya. Apalagi kuliah online memakan kuota internet cukup besar.
—Aidil Fitrian (20 Tahun), Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Semester 5.
Banyak dosen yang memaparkan materi kuliahnya tanpa bahan dan persiapan, hanya menjelaskan materi secara lisan. Ada juga yang hanya membagikan materi via Google Classroom dan grup WhatsApp tanpa ada penjelasan.
—Johan HW (20 Tahun), Mahasiswa Budidaya Perairan, Semester 5.
Sampai saat ini belum ada kepastian soal tagihan uang SPP dari kampus. Tentu saja mahasiswa berharap ada potongan biaya dan pelonggaran batas waktu bayar. Juga, sebagai mahasiswa yang harus melakukan praktikum di lapangan, tidak ada kejelasan dari pihak kampus.
—Nurhaliza Umila (20 Tahun), Mahasiswa Administrasi Publik, Semester 5.
Enaknya kuliah online adalah bisa santai di rumah, hemat waktu dan uang transportasi. Gak enaknya adalah sungkan bertanya langsung kepada dosen via telepon dan kurang memahami materi kuliah. Apalagi sewaktu sedang kuliah online tiba-tiba jaringan putus, jadi ketinggalan informasi.
—Sulastri (21 Tahun), Mahasiswa Perikanan, Semester 5.
Kuliah online memang jalan satu-satunya di masa pandemi ini, tapi ada banyak kekurangan. Mahasiswa semakin malas belajar, dosen-dosen kadang tidak melakukan pertemuan Daring dan tiba-tiba ujian saja. Saran saya, kuliah di kelas sebenarnya bisa dilaksanakan, asal mengikuti protokol kesehatan.
—Muhamar (21 Tahun), Mahasiswa Perikanan, Semester 5.
Tolonglah kampus ringankan beban biaya uang kuliah. Apalagi mahasiswa tidak menggunakan fasilitas kampus. Kalau masih kuliah online tagihannya disesuaikan saja, uang kuliah bukannya murah.
—Deliana Putri (20 Tahun), Mahasiswa Manajemen, Semester 5.
Kuliah online memang membuat kita mendapat pengalaman pembelajaran dengan metode baru. Tapi sedikit yang memperhatikan soal kondisi emosional seseorang ketika jarang berinteraksi, ia akan merasa terkekang. Juga, tidak semua rumah adalah tempat yang nyaman untuk belajar dan berekspresi.
—Sodaq (26 Tahun), Mahasiswa Jurusan Nautika, Semester Akhir.
Tidak setuju.
—Anonim (20 Tahun).
Lelah dengan tugas yang menumpuk.
Kuliah ‘Online’ Macam Pulut, Kampus Bikin Mahasiswa Jadi Tambah Semaput
Reviewed by Asique
on
7/12/2020
Rating: