Foto oleh Vishnu R Nair/Pexels |
Oleh: Gerin Rio Pranata
Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar, bokap gue cukup sering memutar lagu Queen; We Will Rock You, I Want To Break Free, dan We Are The Champions—namun, saat itu gue gak tahu siapa yang menyanyikan lagu-lagu tersebut. Akhirnya, rangkaian musik itu hanya membekas terngiang-ngiang di kepala.
Gue juga bisa dibilang anak kemarin sore yang keranjingan dengan band rock legendaris asal Inggris itu. Karena film Bohemian Rhapsody yang tayang pada 2018 lalu, yang membuat gue ter-trigger untuk mendengarkan karya-karya mereka lebih lanjut. Film yang disutradarai oleh Bryan Singer tersebut mengisahkan karier awal Queen hingga mereka meledak dengan karya-karya yang long live.
Dari film Bohemian Rhapsody, bukan lirik ataupun khasnya suara Freddie Mercury yang membuat gue terpana dengan musikalitas Queen. Tapi, riff bass yang dimainkan oleh John Deacon di tiap lagu-lagu Queen-lah yang membuat gue ngulik lebih dalam tentang band ini. Selain lagu mereka yang easy listening, riff bass John Deacon yang diwarnai dengan R&B dan Soul patut diperhitungkan bagi kalian fans militan Queen.
Queen Membentuk dan Menemukan Diri
Sebelum menjadi Queen, Brian May (gitar), Roger Taylor (drum), dan Tim Staffel (bass dan vokal) membentuk Smile, yang hanya bertahan selama 2 tahun. Kemudian, Tim Staffel pun membentuk band baru—Humpy Bong.
Mengetahui Smile bubar, Freddie Mercury masuk sebagai vokalis dan menawarkan Brian serta Roger untuk memainkan gaya musik baru—gaya musik yang berbeda ketika Brian dan Roger berada di Smile—dan atraksi panggung yang megah, serta mengubah nama band menjadi Queen.
Setelah Freddie menggantikan Tim, band perlu seorang Bassist, mengingat Freddie tak bisa memainkan instrumen bass. Bahkan di tahun pertama, mereka sempat 3 kali merombak posisi tersebut dan pada akhirnya menemukan John Deacon—The Invisible Man.
John Deacon adalah anggota terakhir dan termuda yang tergabung di Queen. Ibarat anak komplek, Deacon adalah anak pilihan yang bisa gabung dan main band bareng abang-abang tongkrongan. Terhitung sejak 1 Maret 1970, ia dinobatkan sebagai anggota tetap Queen di umur 19 tahun. Gile gak tuh..
Lahir pada 19 Agustus 1951 di Leicester, Inggris, dengan nama John Richard Deacon. Sebelum bersama Queen, Deacy—sapaan akrab John Deacon—sempat bermain dengan The Opposition, sebuah band lokal yang dibentuknya ketika berumur 14 tahun. Namun, ia memutuskan keluar dari band pada tahun 1969 karena pendidikannya di Chelsea College of Science and Technology.
Deacy dikenal sebagai seorang yang pemalu dan pendiam, bahkan Roger dan Brian mengatakan bahwa Deacy adalah anggota Queen yang tidak nge-Rock. Sikap pemalu dan pendiamnya lah yang membuat ia dijuluki The Invisible Man.
Namun, di balik sifatnya tersebut dan keahliannya mem-betot bass, Deacy juga ahli merakit piranti untuk kebutuhan musik Queen. Sebab sound gitar yang dipakai oleh Brian merupakan hasil rakitan rumahan milik Deacy yang diberi merk Deacy Amp. Hal tersebut tidak perlu diragukan lagi, mengingat ia seorang mahasiswa Teknik Elektronika. Hal ini pula yang membuat sound yang ada di lagu Queen memiliki warnanya tersendiri.
Sentuhan Magis Deacon
Sejak 1970 hingga detik ini, tercatat Queen telah menorehkan 15 album studio dan 10 album Live sepanjang karirnya. Dengan album yang sedemikian banyak, tidak terlepas dari produktivitas masing-masing personil Queen dalam menulis lagu. Bahkan, mereka memiliki hits-nya tersendiri seperti; Freddie dengan Bohemian Rhapsody, Brian dengan We Will Rock You, Roger dengan Radio Ga Ga, dan Deacy dengan Another One Bites The Dust.
Berbeda dengan ketiga kamerad-nya, Deacy menulis lagu kerap didorong untuk mengeluarkan masterpiece dari tangan dinginnya. Orang yang kerap menyokong Deacy untuk menulis lagu ialah Freddie Mercury.
Misfire adalah lagu pertamanya dari album Sheer Heart Attack. Kemudian lahir lagi lagu-lagu dari tangan magis Deacy seperti You’re My Best Friend, Spread Your Wings, Another One Bites The Dust, Back Chat, I Want to Break Free, serta beberapa lagu lainnya.
Untuk Another One Bites The Dust sendiri merupakan hasil eksplorasi Deacy setelah melihat perselisihan dan kejenuhan anggota Queen ketika bermusik. Dalam lagu ini, Deacy memasukkan unsur Disco tanpa menggunakan synthesizers dalam penggarapan lagu.
Single yang terdapat dalam album The Game itu laku di pasaran hingga 7 juta keping. Bahkan salah satu scene dalam film Bohemian Rhapsody menampilkan proses Deacy—yang diperankan Joseph Mazzello—dan personil Queen lainnya menggubah lagu tersebut.
Deacon You’re My Best Friend
Setelah malang melintang bersama Queen, Deacy akhirnya pensiun dari dunia musik pada tahun 1997. Kematian Freddie Mercury pada 24 November 1991 lah yang membuat Deacy merasa terpukul. Hal ini disebabkan kedekatan personal antara Freddie dan Deacy.
Ia berpendapat “Inilah akhirnya, tidak ada lagi alasan untuk melanjutkannya. Sangat mustahil menggantinya.”
Namun, Deacy tidak serta merta meninggalkan Queen begitu saja, sebab ia sempat mengikuti beberapa konser bersama Queen, yaitu konser Tribute Freddie Mercury pada 1992, konser amal bersama Roger Taylor pada 1993 di Midhurst, dan konser bersama Elthon Jhon di Paris pada tahun 1997.
Deacy sempat ditawari Roger Taylor untuk merekam lagu bersama Brian May, lagu tersebut diperuntukkan mendiang Freddie Mercury yang berjudul No-One But You (Only The Good Die Young). Momen ini menjadi momen terakhir Deacy bersama Queen sebelum pada akhirnya memutuskan untuk pensiun total dari dunias musik.
John Deacon yang menjadi anchor dalam grup band Queen menjadi penyeimbang di setiap lead gitar Brian May dan tabuhan drum Roger Taylor, sempat mengisi kepingan yang hilang dari musik Queen, dan setelah 27 tahun kurang lebih lamanya ia kembali menghilang dari gemerlap panggung hiburan untuk memberi penghormatan terakhir terhadap Freddie Mercury. Seperti lagunya You’re My Best Friend, Deacy juga mengatakan “Queen is not Queen Without Freddie Mercury.”
______________________________
Penulis adalah mahasiswa yang berdomisili di kota Batam, memiliki nama pena Pelaku Semesta. Menurutnya, tidak ada hal apapun di dunia yang superior, lumrahnya semua saling berhubungan dan membutuhkan laiknya masyarakat sosial. Politisi membutuhkan Dokter di kala sakit, wakil rakyat membutuhkan rakyat untuk mengabsahkan gelar ‘wakil’ bagi dirinya, dan apabila politik tidak menemukan jalan keluar let’s play Rock and Roll, Dude.