Oleh: Janaek Simarmata
Pendidikan seks sama pentingnya dengan sarapan pagi. Kurang asupan ya kurang gizi. Gimana mau harmoni, pengetahuan aja lemah kayak batang ubi.
***
Setelah pengapnya film Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas mulai dingin, muncul film dengan tema serupa yang bercerita soal siswi SMA yang berjuang menolak stereotip masyarakat terhadap gadis yang hanya perlu menguasai dapur, sumur dan kasur.
Film tersebut adalah Yuni, yang disutradarai oleh Kamila Andini, turut berhasil memenangkan penghargaan di Toronto Internasional Film Festival (TIFF) 2021.
Oiya, artikel ini bukan review atau resensi keseluruhan film ya, hanya saja aku tertarik pada satu isu yang disentil dalam film ini. Kalau mau cari review filmnya jangan di sini. Tapi bolehlah kelen selesaikan baca artikel ini dulu baru pindah ke artikel lain! ok lanjut...
Walaupun film Yuni menceritakan perjuangan seorang wanita akan hak-nya sebagai perempuan, tidak menutup kemungkinan kalau lelaki juga layak menontonnya, karena ada secuil pesan yang berhubungan dengan percintaan.
Langsung ke inti film aja ya, kan bukan review film.
Jadi Yuni (Arawinda Kirana) dan teman temannya mengobrol santuy dan penasaran tentang hubungan suami-istri Tika (Anne Yasmine) salah satu teman mereka yang sudah menikah dan sudah memiliki anak.
Melalui pertanyaan sensitif teman-temannya, Tika bercerita banyak. Pertama, kurang harmonisnya hubungan mereka karena suami Tika belum matang secara finansial dan mengharuskan mereka numpang di rumah orangtua masing-masing, pisah rumah gitulah ceritanya.
Tika juga bercerita saat ia melakukan hubungan ena-ena selalu merasa sakit di bagian kemaluannya, bahkan tidak pernah mengalami orgasme. Namun enggan memberitahu pasangannya dengan alasan takut.
Adegan tersebut singkat, namun percakapan itu yang membuatku tertarik untuk nulis artikel ini.
Sayang banget kan ketika sudah menjadi pasangan suami-istri tetapi tidak bisa ena-ena secara harmonis. Sudah sangat jelas semua itu disebabkan kurangnya pendidikan seks. Memang sih pembahasan seks sangat sensitif di sekolah, sehingga pelajaran seks di sekolah hanya sebatas pengetahuan reproduksi, ketika sperma bertemu sel telur dan dibuahi akan menjadi janin, udah itu aja. Padahal seks itu bukan tentang buat anak aja cuy.
Berkaca dari film Yuni, hubungan seks itu dapat menimbulkan kerenggangan pada pasangan suami-istri jika sebelah pihak tidak merasakan kepuasan. Bahkan bisa dipastikan selain susah ekonomi, dan kekerasan dalam rumah tangga, hubungan seks juga dapat memicu perselingkuhan bahkan perceraian.
Sayang aja gitu kehilangan orang yang kita cintai dan sudah mengikat tali pernikahan, harus kandas karena kurangnya pengetahuan soal hubungan di atas ranjang. Aku memang belum menikah dan juga tidak menemukan pendidikan seks yang luas di bangku sekolah, itulah yang membuatku resah dan buta akan hal seperti ini.
Iya jaman sudah canggih dan dapat belajar sendiri lewat google, tetapi hal itu membuatku tak terkontrol dengan informasi yang simpang-siur. Terkadang ada informasi yang berlebihan bahkan terkesan menakut-nakuti, apalagi video porno yang absurd banget terkadang membuatku overthinking, ditambah fantasi seks yang aneh-aneh juga mempengaruhi pandangan orang-orang untuk harus melakukan hubungan seks sesuai dengan video porno.
Kemungkinan besar jika informasi yang lebih akurat dan ilmiah disampaikan di sekolah dengan pendidik yang benar-benar paham pentingnya edukasi seks, pasti membuat remaja paham dan tau apa yang harus dilakukan untuk kelaminnya.
Dalam laman magdalene.co, Kepala Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo, mengungkapkan pendidikan seks itu bukan semata-mata mengajarkan sex intercourse (berhubungan seks). Tapi juga bagaimana mengenali kondisi patologis lelaki dan perempuan.
“Yang kita lawan ini sebenarnya Ketidaktahuan. Bagaimana menstruasi perempuan yang normal dan tak normal. Bagaimana seks yang tak aman bisa berubah jadi ancaman," jelasnya.
Sejak 1997 ia aktif berkecimpung di bidang ini, tapi ia belum pernah melihat ada revolusi besar agar pendidikan seks menjadi lebih mainstream.
Perlu diketahui juga kepuasaan itu perlu didapat pasangan ketika melakukan seks, karena itu tanggungjawab bersama ketika berhubungan intim. Ya kali Anda bablas tapi pasangan kandas, gak puas dong.
Untuk itu, aku rasa pendidikan seks sangat perlu diajar di sekolah-sekolah. Karena setidaknya bisa menjadi tameng pencegah pernikahan dini, pelecehan seksual atau pemerkosaan. Lihat saja banyak kasus viral remaja hamil duluan nikah belakangan, atau anak sekolahan gang bang-an di kos-kosan.
Karena pendidikan seks itu bukan untuk mengarahkan kita seks bebas loh ya, tapi memberi pengetahuan seputar seks yang aman, kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual, anatomi tubuh, identitas gender, orientasi seksual dan banyak lagi.
Satu lagi, video porno itu bukan tutorial. Bukan materi edukasi, dan atau bukan referensi untuk seks aman. Video porno adalah produk industri yang tujuannya hanyalah rekreasi.
Jadi jangan minta link ya abis baca artikel ini...