Kuasa Magis Lirik-lirik Musik dalam Meredam Kehidupan Kita yang Berisik







Semua orang mendengarkan musik. Tapi, tidak semua orang kagum dengan lirik-lirik yang menarik. 


***

Ketika baru pertama kali mendengar musik yang mantap, kita jelas akan menyetelnya berulang-kali sampai benar-benar merasa muak. Tak usah banyak bual, sudah pasti hal itu benar adanya. 

Aku sendiri kerap kali memperdengarkan lagu-lagu yang itu-itu saja ke telingaku. Karena memang tak banyak referensiku dalam menjelajah musik-musik baru. Juga, ya asik aja gitu mengulang-ulang lagu yang lagi cocok banget dengan kehidupanku sekarang. 

Musik memberiku sedikit jeda dalam menjalani aktivitas sehari-hari dan suntuknya dunia kerja. Kadang, saat waktu rehat pun aku rebahan sambil mendengar musik. Karena hanya itulah hiburan paling praktis dan tak makan banyak biaya. 

Musik membuat orang-orang larut dan tenggelam begitu dalam dengan kehidupan di sekitar mereka. Tak peduli apa yang terjadi, setelah musik berputar, dunia seolah-olah jadi milik mereka seorang.

Salah satu contoh lagu yang paling sering aku putar adalah "Tear Up This Town" oleh Keane untuk soundtrack film A Monster Calls (2016). Entah mengapa aku suka dengan musik dan liriknya, apalagi cocok banget dengan filmnya. 

Biasanya, aku tertarik terhadap suatu musik karena lirik-liriknya. Aku suka lirik yang eksentrik dan penuh dengan keapi-apian. Apalagi instrumen-instrumen dalam musik tersebut melebur dengan suara vocal yang menggelegarkan jiwa raga. Anjayy lebay banget, bikin emosi. Haha. 

Aku senang dengan lirik-lirik yang memiliki makna yang dalam dan menarik. Maksudnya, lirik-lirik tersebut dapat meningkatkan imajinasi panca indra, serta memberikan pengalaman tak terduga ketika kita menikmatinya. Alias membawa pendengar atau pembacanya masuk jauh ke dalam bayang-bayang musik tersebut.

Coba perhatikan salah satu contoh lirik lagu Keane yang sebelumnya kusebut di atas,

"I wanna hand you my heart and let you carry the load. 

Nobody tells you anything you need to know. 

I need a friend but a friend is so hard to find. 

I need an answer but I'm always one step behind. 

Oh, it takes time, learning to fly. 

Do you ever feel like all you want is to go home?

To kiss the earth, to weave a way through this storm. 

Some days I rage like a fire in the wilderness, 

Some days I only need the darkness and a place to rest. 

Oh, it takes time, learning to fly. 

Tear up this town. 

Blinking in the sunlight as the walls come down. 

This fire will burn, digging for a truth that just can't be found. 

Don't want your lessons in love. 

I wanna tear it all up."

Kalau kalian dengar lagunya sambil baca liriknya sesudah menonton filmnya, paket lengkap sudah menikmati musik yang begitu memukau. 

Lagu tersebut merepresentasikan kemarahan si tokoh utama dalam film, yang benci kepada kehidupan dan ingin semuanya berakhir. Seperti pada penggalan kalimat, "Aku mengamuk seperti api di hutan belantara, dan yang aku inginkan hanya kesunyian dan tempat tuk berdiam."

Anjay, pengen rasanya kuporak-porandakan segala-galanya seperti dalam film. 

***

Kalau kuperhatikan, biasanya orang-orang ketika mendengar musik, menganggap bodoh amat dengan lirik dan makna yang terkandung di dalamnya, yang penting enak didengar, sudah cukup. Ya, walaupun itu pilihan dan selera masing-masing, tapi aku pengen ngebacod aja soal pengalaman mendengarkan musik. 

Sebenarnya banyak lagu punya lirik absurd, abstrak dan tak dapat dipahami. Namun, aku selalu yakin, ada motif yang kuat dalam proses penciptaannya. Entah itu secara implisit maupun eksplisit. 

Hal itu bisa dilihat dari bentuk, artikulasi, metrum, pilihan kata, irama, gaya bahasa dan pola terma. Ada nilai di sana yang ketika bunyi-bunyi instrumen dan lirik tersebut berfusi menjadi satu. 

Makanya, aku jadi orang yang suka pilih-pilih lagu dan banyak bacod kalau ngomong soal musik. Sorry saja, aku tidak sepakat dengan konsep "semua karya itu bagus". Karena tidak semua musik diciptakan dengan sungguh-sungguh, terlebih banyak musisi sialan yang bikin lagu cuma buat cuan doang. Jadi, jangan suka memvalidasi hal-hal yang sudah pasti buruk sebagai karya seni. Jelek ya jelek aja. 

Untuk itu, agar enggak merasa yang paling mantap kali bahas lirik-lirik musik ini, aku coba minta beberapa pendapat dari teman-temanku via Instagram Question soal sepenggal lirik yang mereka anggap paling oke. Berikut jawaban mereka:

"Jangan cintai aku apa adanya, jangan tuntutlah sesuatu biar kita jalan ke depan." Jangan Cintai Aku Apa Adanya - Tulus (@jansimmm)

"Maybe this thing was a masterpiece 'til you tore it all up." All Too Well - Taylor swiftt (@widdwdy)

"Sering malu karena sujud hanya bila tertekan, duhai pria yang mengaku ngaku dewasa." Bunga Tidur - Tulus (@dewansiregar)

"Sudahlah sedihmu yang belum sudah." Menantang Rasi Bintang - FSTVLST (@gusriyonaldi)

"Ah ah ah." Tasyapa-syapa - _-" (@msyzhr__)

"Izinkan aku untuk terakhir kalinya semalam saja bersamamu mengenang asmara kita." Berharap Tak Berpisah - Reza Artamevia (@andrre.hp)

Ya, cuman segitu yang jawab dari puluhan orang yang lihat story-ku. Bajingan betul memang medsos hari ini, punya follower banyak tapi gak pernah respon kalo kita bikin Instagram Question. Haha. Bodat! 

Bagi yang gak sepakat dengan tulisan ini, tolong jangan baper ya. Karena aku juga nulisnya gak serius-serius amat. Ini juga sambil rebahan haha-hihi, nonton momen kocak One Piece di Youtube. 

Udahlah yah, kalau kalian ada waktu dengar juga nih lagu kesukaanku di sini.




Kuasa Magis Lirik-lirik Musik dalam Meredam Kehidupan Kita yang Berisik Kuasa Magis Lirik-lirik Musik dalam Meredam Kehidupan Kita yang Berisik Reviewed by Asique on 1/23/2022 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.