Film 'Kukira Kau Rumah' Tak Ada Bedanya dengan Film-film Murah, Jualan Isu Pakai Cerita Bermutu Rendah

Film 'Kukira Kau Rumah' Tak Ada Bedanya dengan Film-film Murah, Jualan Isu Pake Cerita Bermutu Rendah


Oleh: Janaek Simarmata


Nyentil isu kesehatan mental, kurasa itu menjadi peluang film Kukira Kau Rumah banyak dilirik. Tapi tunggu, ini film serius bahas kesehatan mental atau cuma kedok doang?


***

Sepekan ini, eksplore TikTok-ku dipenuhi dengan review film Kukira Kau Rumah. Banyak di antara mereka yang sudah nonton kemudian memberikan berbagai tanggapan. Mulai dari yang takjub, sedih, kesal, dan banyak lagi. Biasalah, tipe-tipe orang kalau abis nonton kan beda-beda.


Tapi aku gak percaya review dan bacotan mereka. Kupikir, di tengah kesibukan pekerjaan rumah saat ini, aku mesti menonton langsung film tersebut. Ya, supaya aku gak penasaran dan bisa ikutan beri komentar.


Film bergenre drama yang ditulis dan juga disutradarai oleh Umay Shahab, Imam Salimy, dan Monty Tiwa ini diproduksi oleh Sinemaku Pictures dan MD Pictures. Kabarnya nih ya, penontonnya telah tembus satu juta. Hmmmmm ngeri gak tuh?


Awalnya, film ini menceritakan seorang mahasiswa yang sangat kesepian. Tokoh utamanya Pram (Jourdy Pranata). Ia kesepian karena ibunya super sibuk dan ayahnya telah meninggal dunia. Ia selalu ditemani seperangkat alat tulis dan gitar guna menuangkan lirik-lirik lagu yang terpikirkan olehnya di kala kesepian.


Entah kenapa, di tengah cerita film malah ganti fokus. Maksudnya, pemeran utama tak lagi dipentingkan. Posisinya terganti oleh pendamping tokoh utama. Cerita pun beralih ke Niskala (Prilly Latuconsina). Seorang gadis dengan gangguan bipolar. Singkat cerita, keduanya saling mendekat dan menjalin kisah asmara. 


Apalagi lagu-lagu yang diciptakan Pram juga semakin dikenal ketika berkolaborasi dengan Niskala. Kemudian, Niskala yang hanya punya dua sahabat menjadi populer setelah video duetnya dengan Pram di sebuah kafe menjadi viral.


Kalau ditengok-tengok, sebenarnya film ini cuman ngomong soal Pram dan Niskala jadi pengisi musik di kafe. Hampir setengah filmnya fokus ke panggung kafe. Penonton hanya disuguhkan musik, musik dan musik. Lah ini film cemana?


Malah musiknya bermasalah lagi, bukan sound sistemnya ya. Benaran musik pengisi film ini bermasalah. Karena sang penulis lirik, Aya Canina, yang telah keluar dari band indie Amigdala Agustus 2020 tidak memberi izin atas pengubahan bahkan penggunaan lirik lagu ciptaannya dalam film ini.


Beberapa menit sebelum film berakhir pun, masalah kesepian si Pram dipaksa "beres" saat dia ketemu Niskala. Pram hilang begitu saja setelah jatuh dari ketinggian. Cuma untuk nyelamatkan Niskala yang sedang kambuh karena ketahuan orangtuanya lagi nyanyi di kafe. Lebay banget gak sih? 


Emosiku mulai terpancing kala fokus film ini pecah se-pecah-pecahnya. Niskala yang mengidap gangguan bipolar ini entah kek mana. Penonton seperti disuruh nebak penyebab Niskala mengidap bipolar, gak tau juga karena apa. Psikiater dalam filmnya aja gak tau anak ini kenapa.


Niskala juga tidak dapat perhatian serius dari kedua orangtuanya. Selain ia dilarang kuliah, orangtuanya juga gak ada niat untuk ngobatin, hanya ngasih obat penenang kalau emosinya tidak terkontrol, bukannya ngajak rutin terapi ke psikolog atau psikiater. Ini ke psikiater cuman sekali itu doang.


Tiba-tiba film selesai begitu saja, gak ada kelanjutan perjuangan Niskala pada gangguan bipolarnya. Kontribusi kedua orangtua Pram dan Niskala pun sangat minim sekali dalam film, sehingga penonton tidak mendapat cerita utuh tentang dua karakter utama film ini.


Sakit ya digantung, udah bayar tiket bioskop mahal. Ya wajar saja warga net berkoar-koar di media sosial, "Film apa ini, ngangkat isu mental health tapi gak ada penyelesaiannya."


Padahal kabarnya, sembari menggarap film ini, si sutradara sempat konsultasi khusus dengan beberapa psikolog dan juga kepada komunitas bipolar. Tapi kok rasanya nanggung aja. Mau disebut film roman picisan engga pantes juga.


Ohh iya sebelum kuselesaikan tulisan ini, aku mau tau dong kalian yang pasang Instagram Story nangis setelah nonton film Kukira Kau Rumah itu alasannya apa sih? Apa tangisan si Niskala nular ke kalian? Atau kalian relate banget sama cerita menye-menye begini? Wkwkwkwkwk.


Kalau memang iya, kalian lemah. Padahal, apa yang perlu ditangisi? Selain uang tiket bioskop yang terbuang percuma.

Film 'Kukira Kau Rumah' Tak Ada Bedanya dengan Film-film Murah, Jualan Isu Pakai Cerita Bermutu Rendah Film 'Kukira Kau Rumah' Tak Ada Bedanya dengan Film-film Murah, Jualan Isu Pakai Cerita Bermutu Rendah Reviewed by Asique on 2/16/2022 Rating: 5
Diberdayakan oleh Blogger.